JEJAK KATA BUANA

Rabu, 17 November 2010

Jejak Kata, Monolog Dalam Renungan


Banyak pengalaman yang terekam dalam ruang pikir dan rasa kita, lantaran kita berjumpa dengan sesuatu atau seseorang di tengah realitas kehidupan. Semua pengalaman tersebut tampak terpenggal-penggal, terpisah lepas dalam kisah-kisah. Namun, ada yang pasti bahwa setiap perjumpaan menyisahkan kenangan, entah yang membuat kita mengenangnya sebagai yang baik, biasa-biasa saja, atau pun sebagai yang buruk dan menyakitkan.

Berhadapan dengan pengalaman-pengalaman perjumpaan itu, sebagai bagian dari makhluk Tuhan yang mampu berpikir, berasa dan sadar akan keberadaannya, kita ‘diwajibkan’ untuk melalui dan mengalaminya. Tentang hal itu, tidak seorang pun dari kita yang bisa menampiknya. Sebaliknya, kita justru, harus suluk dan ‘tewas’ dalam kehidupan. Kita tidak hanya sekedar melihat, tetapi juga mengalami dan menguraikan kisah-kisah, kenyataan-kenyataan tersebut dengan jernih.

Namun, sampai pada tahap itu, penulis sadar bahwa tidak semua pengalaman dapat dilihat, dialami dan direkam untuk selanjutnya direfleksikan secara tuntas. Karena, selain kita, termasuk di dalamnya penulis, adalah seorang manusia biasa, yang punya kekurangan dan keterbatasan, sebanarnya juga, dan ini adalah yang utama, bahwa segala kesempurnaan adalah milik Tuhan.

Karya sederhana yang sekarang hadir di hadapan pembaca sebenarnya merupakan kumpulan catatan, kisah dan juga refleksi sederhana yang penulis sarikan dari dan dalam setiap perjumpaan dengan keseharian. Kisah-kisah keseharian yang sudah sering kita jumpai. Agar melaluinya kita mampu memaknai kehidupan dengan segenap rasa, dengan segenap jiwa. Kita diajak untuk masuk dalam setiap peristiwa kehidupan kita masing-masing, bergulat dengannya, membangun dialog dengannya dan lantas memetik maknanya. Sebab, demikianlah sejatinya kehidupan. Hidup dan kehidupan berarti menyelami kedalaman kehidupan itu sendiri.

Dalam karya sederhana ini penulis menunjuk ‘aku’ sebagai pelaku kisah. Aku yang dimaksudkan bukan hanya ‘aku’ penulis, tetapi juga ‘aku’ sebagai manusia yang sadar akan pengelamannya masing-masing. Karena penulis yakin bahwa ketika karya ini sampai ke tangan pembaca, ia menjelma menjadi sebuah, sesuatu, bahkan seseorang yang akhirnya membangun dialog secara personal dengan pembaca. Lantas menjadi ‘aku’ di antara ‘aku-aku’ yang lain.

Bagi penulis, ‘aku’ itu adalah ‘kata’, yang di hadapan membaca ‘mungkin’ akan melahirkan tanya dan tafsiran yang ‘mungkin tidak sama’. Penulis mengharapkan agar ‘kata’ yang dikandung dan sudah sedang dilahirkan selanjutnya akan terus melahirkan tanya, semakin banyak, luas, kaya dan mendalam. ‘Kata’ yang dilahirkan oleh ‘aku’ penulis, hanyalah sebuah ‘kata’ mentah, yang diharapkan di tangan ‘aku-aku’ pembaca, ‘kata’ ini diolah dan dimatangkan.

Lantaran itulah karya ini perlu dibagikan, agar bukan hanya bisa berbagi, tetapi juga saling memberi arti. Agar ruang hening, ruang refleksi melahirkan monolog (komunikasi personal dengan diri sendiri dan pemaknaan-pemaknaan yang dimiliki) yang lebih bermakna, bukan hanya untuk ‘aku’, tetapi juga untuk ‘aku-aku’ yang lain. Bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga dengan orang lain untuk perubahan yang lebih besar dan beradab. Demikianlah maksud penulis mempublikasikan karya sederhana ini.


LINK JEJAK KATA BUANA